Aksi Tiongkok Terhadap Kitab Agama

Tiongkok akan Merevisi Terjemahan Alquran dan Injil
Internasional– Tiongkok berencana merevisi atau menulis ulang terjemahan kitab suci berbagai agama. Itu berarti, bisa juga untuk terjemahan Alquran dan Injil. Hal itu dikatakan untuk memperkuat nilai-nilai sosialis di tengah tindakan keras terhadap kelompok-kelompok agama di negara itu. Diketahui, Tiongkok saat ini memang tengah dilanda isu agama minoritas Muslim Uighur.
Sebagaimana JawaPos.com kutip dari DailyMail, Jumat (27/12), sebuah laporan mengungkapkan bahwa rencana pemerintah Tiongkok menulis ulang terjemahan Alquran dan Injil untuk membuat masyarakatnya tidak menentang nilai-nilai pemerintahan. Edisi baru Alquran dan Injil nantinya tidak boleh mengandung konten apa pun yang bertentangan dengan kepercayaan Partai Komunis. Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat tinggi partai.
Paragraf yang dianggap salah, maka akan disensor atau diubah dan diterjemahkan kembali. Meskipun Injil dan Alquran tidak disebutkan secara khusus, partai itu menyerukan bahwa evaluasi komprehensif agama klasik yang ada bertujuan bagi konten yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman.
Perintah itu diberikan pada November selama pertemuan yang diadakan oleh Komite Urusan Etnis dan Agama Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok. Komite tersebut nantinya yang mengawasi masalah etnis dan agama di Tiongkok.
Menurut Kantor Berita Xinhua, kelompok itu terdiri dari 16 orang pakar dan perwakilan agama yang berbeda dari Komite Sentral Partai Komunis. Mereka dikatakan telah menghadiri konferensi bulan lalu. Pertemuan tersebut diawasi oleh Wang Yang, Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok.
Surat kabar Prancis Le Figaro melaporkan, Wang menekankan bahwa otoritas agama harus mengikuti instruksi Presiden Xi. Bahwa tafsir ideologi agama harus sesuai dengan nilai-nilai inti Sosialisme dan persyaratan era terkini. Dia mendesak para pejabat untuk membangun sistem keagamaan dengan karakteristik khas Tiongkok.
Para pejabat setuju dengan arahan Wang dan menambahkan bahwa misinya adalah pilihan sejarah. Mereka juga mengklaim bahwa dengan mengevaluasi kembali buku-buku agama, mereka akan mencegah pemikiran ekstrem dan ide-ide sesat yang berpotensi mengikis negara. Pertemuan November itu berlangsung ketika Tiongkok menghadapi kritik global atas kebijakan agamanya.
Sumber : Jawa Pos

0 komentar: